Oleh:
Tuwuh
Handayani, S.Pd.SD.
Kepala SD Negeri Ngasem III Bojonegoro
Merdeka Belajar tahun
2021 merupakan program transformasi
pendidikan dan pemajuan kebudayaan. Program tersebut merupakan terobosan
Kemendikbud dalam menyiapkan generasi yang adaptif di era industri 4.0.
Sebelumnya, pada tahun 2020 Kemendikbud telah menghadirkan terobosan Merdeka
Belajar melalui enam episode. Saat ini,
Mendikbud merencanakan delapan program prioritas Merdeka Belajar. Delapan program tersebut adalah Kartu
Indonesia Pintar, digitalisasi sekolah, prestasi dan penguatan karakter, guru
penggerak, kurikulum baru, revitalisasi pendidikan vokasi, kampus merdeka, serta
pemajuan kebudayaan dan bahasa. Harapan Mendikbud Ristek dalam sambutannya,
dengan Merdeka Belajar, anak-anak Indonesia menjadi pelajar yang memegang teguh
falsafah Pancasila, pelajar yang merdeka sepanjang hayatnya, dan mampu
menyongsong masa depan dengan percaya diri.
Konsep Merdeka
Belajar sebetulnya telah lahir dari pemikiran tokoh pendidikan Ki Hajar
Dewantara. Pemikiran dan gagasannya
bersifat visioner. Beliau mampu memberikan gagasan-gagasan brilian untuk
pendidikan masa depan. Oleh karena itu, Ki
Hajar Dewantara termasuk tokoh futuris.
Menurut Ki Hajar
Dewantara, hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia. Hal ini berarti,
membawa manusia keluar dari belenggu kebodohan menjadi manusia yang merdeka.
Manusia yang merdeka dalam arti bebas berpikiran, berperasaan, dan bekerja demi
pencapaian tujuan dalam perkembangan kodrati.
Ki Hajar Dewantara
membedakan sistem pengajaran dan pendidikan. Pengajaran bersifat memerdekakan
manusia dari aspek lahiriyah (kemiskinan dan kebodohan). Pendidikan
memerdekakan manusia dari aspek batiniah (otonomi berpikir dan bermartabat).
Pilar Merdeka Belajar
Ki Hajar Dewantara adalah Sistem Among. Pendidikan Sistem Among bersendikan
pada dua hal, yaitu kodrat alam dan kemerdekaan. Pendidikan harus bisa
mengembalikan peserta didik menjadi manusia sesuai kodratnya, yaitu manusia
yang mandiri, beriman dan bertakwa, berbudi pekerti luhur, cerdas, terampil,
dan sehat jasmani serta rohani. Pendidikan juga harus mampu memberikan
kebebasan kepada peserta didik untuk menentukan pilihannya, sehingga menjadi
pribadi yang demokratis dan bertanggung jawab. Esensinya selaras dengan tujuan
pendidikan nasional sekarang ini.
Guru merupakan ujung
tombak dalam mewujudkan program Merdeka Belajar. Sebagai frontliner, guru harus mampu menjadi fasilitator yang memberikan
kebebasan peserta didiknya untuk mengembangkan potensi diri. Kebebasan yang
dimaksud harus tetap pada koridor pendidikan dan pengajaran. Guru tidak hanya
mampu mentransfer ilmu pengetahuan (transfer
of knowledge), namun harus mampu mentranfer nilai-nilai karakter (transfer of value) juga. Seperti halnya
konsep sistem Among dengan metode asah,
asih, dan asuh (care and dedication based
on love). Dengan demikian, guru harus mampu mengajar ilmu pengetahuan,
mendidik nilai-nilai karakter, dan melatih keterampilan dengan penuh kasih
sayang.
Guru sebagai pendidik
harus menjadi uswah atau central figure. Hal ini sesuai prinsip ing ngarsa sung tuladha. Model yang dicontohkan guru akan membentuk
peserta didik memiliki kebebasan yang
bertanggung jawab. Kebebasan yang dibatasi oleh nilai-nilai karakter.
Sebagai pamong, guru harus memegang prinsip ing
madya mangun karsa. Guru harus memberikan kebebasan kepada peserta didik
agar dapat mengembangkan bakat dan minatnya untuk selalu berkarya. Sebagai
motivator, guru harus berdiri di belakang,
memberi kebebasan dan dorongan
kepada pesrta didik untuk
berjalan sendiri. Inilah yang disebut tut
wuri handayani.
Konsep merdeka
belajar yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara sinergis dengan program merdeka
belajar yang dicetuskan oleh Kemendikbud. Esensi dari Merdeka Belajar pada
hakikatnya adalah kebebasan berpikir yang ditujukan bagi guru dan peserta
didik. Guru harus memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk
mengeksploitasi pengetahuan seluas-luasnya. Strategi pembelajaran yang dirancang
guru hendaknya merangsang daya nalar peserta didik. Daya nalar yang dapat
digunakan untuk memecahkan masalah sehari-hari. Hal tersebut akan menjadikan
peserta didik menjadi pribadi yang mandiri dan mampu menjawab tantangan
kehidupan. Pembelajaran yang merdeka
juga diharapkan akan membentuk generasi
yang peduli terhadap lingkungan. Mengingat hal tersebut, maka guru adalah
faktor utama pendukung terwujudnya program Merdeka Belajar. Guru sebagai agen
pembaharuan (agent of change) harus
dapat menjadi transformator dalam mewujudkan Merdeka Belajar.. Program Guru
Penggerak merupakan salah satu terobosan Kemendikbud dalam mewujudkan program
Merdeka Belajar.
Salah
satu kebijakan Merdeka Belajar yang digagas oleh Kemendikbud tidak hanya menekankan aspek pengetahuan
sebagai tujuan utama pendidikan. Namun, tercapainya keseimbangan aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan bagi peserta didik. Transformasi asesmen dilakukan melalui empat hal, yaitu survei
literasi, survei numerasi, survei karakter, dan survei lingkungan belajar.
Survei literasi dimaksudkan agar peserta
didik mampu bernalar, memahami, dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik
dan benar. Survei numerasi berupa kemampuan pemahaman matematika. Survei ini dilakukan
untuk melatih berfikir kritis dalam memecahkan masalah sehari-hari. Survei
karakter meliputi pengetahuan
kebhinnekaan, gotong royong, dan kepedulian terhadap lingkungan. Melalui survei
ini, diharapkan peserta didik mampu mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari. Survei ini diharapkan menjadikan profil pelajar
Pancasila sesuai dengan visi dan misi
Kemendikbud. Pelajar pancasila nantinya
akan menjadi perwujudan pelajar Indonesia yang mampu bersaing dalam kompetisi
global bersendikan nilai-nilai pancasila. Survei lingkungan belajar berarti
menggali informasi mengenai kualitas proses pembelajaran dan iklim sekolah yang
menunjang pembelajaran. Survei ini bertujuan untuk melihat kualitas proses
belajar mengajar serta suasana yang mendukung pembelajaran di sekolah.
Program
Merdeka Belajar yang akan kita wujudkan dijiwai oleh pemikiran tokoh pendidikan
Ki Hajar Dewantara. Berbagai terobosan-terobosan Merdeka Belajar yang
diluncurkan oleh Kemendikbud merupakan upaya tranformasi pendidikan.
Transformasi pendidikan yang bertujuan agar bangsa Indonesia tidak jalan di
tempat, namun dapat berubah menjadi lompatan-lompatan kemajuan. Harapan ini disampaikan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem
Makarim dalam sambutannya pada hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2021.
Esensi Merdeka Belajar yang digagas oleh Ki Hajar
Dewantara dan Kemendikbud pada hakikatnya adalah sama. Keduanya sama-sama
memberikan kebebasan kepada guru dan peserta didik untuk berpikir dan
berinovasi. Guru bebas berinovasi untuk
mengembangkan pembelajaran yang mampu melatih berpikir kritis bagi peserta
didiknya. Inovasi-inovasi tersebut tetap berlandaskan pada sifat kodrati yang
dimiliki oleh peserta didik sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial. Inovasi
yang tetap mengedepankan nilai-nilai karakter sebagai benteng dan filter dari
pengaruh globalisasi di segala bidang. Peserta didik mendapat kebebasan untuk
menentukan pilihannya, menunjukkan keberagamannya, dan mengekspresikan potensi
diri, bakat, dan minatnya. Peserta didik mendapat penghargaan yang sesuai
dengan kompetensi yang dimilikinya. Peserta didik tidak hanya dihargai
kemampuan intelektualnya. Namun, peserta didik mendapat penghargaan dari segi
afeksi dan keterampilan yang dimilikinya. Untuk maksud tersebut, peserta didik
akan menjadi generasi yang cerdas, berkarakter, mandiri, kreatif, demokratis, dan bertanggung jawab.
Peserta didik tumbuh menjadi generasi yang kompetitif, adaptif, dan mampu
menjawab tantangan dunia global. Indonesia harus dapat memanfaatkan bonus
demografi tahun 2030 menuju generasi emas 2045. Oleh karena itu, marilah
serentak bergerak mewujudkan merdeka belajar demi Indonesia yang maju.
Editor: Akang Azam